Lhoksukon – Dalam rinai hujan yang membasahi bumi Malikussaleh, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-35 Kabupaten Aceh Utara resmi dibuka penuh khidmat, Jumat (18/4) malam. Langit menangis pelan, seolah turut menyambut perhelatan yang telah lama dirindukan masyarakat. Di tengah dingin yang menggigit, Bupati Aceh Utara, H. Ismail A. Jalil, S.E., M.M., membuka acara yang sempat tertunda dua kali ini dengan penuh haru.
Hujan bukan penghalang. Ribuan warga dari berbagai penjuru kecamatan tetap datang, memenuhi arena utama. Mereka berdiri di bawah tenda-tenda para kafilah yang berjejer rapat, menghadirkan gelombang semangat yang hangat di tengah cuaca basah. MTQ yang seharusnya menjadi gelaran ke-37 ini sempat dua kali tertunda, namun malam itu, semua penantian seolah lunas oleh kemegahan pembukaan yang menggugah rasa.
Salah satu puncak emosi malam itu terjadi ketika Ustadz Taufiqurrami dan Diki Wahyudi, membacakan puisi karya mereka bertajuk “Seruan Langit”. Hujan semakin deras, namun panggung tetap kokoh berdiri. Di bawah sorotan cahaya yang redup, lampu-lampu utama sengaja dipadamkan untuk mencipta suasana, puisi itu menggema, bersatu dengan denting musik yang lirih dan suara alam yang ikut bertilawah.
Ketika untaian kata “seruan langit” menyeruak, kilat dan gemuruh petir menyambut, seolah langit pun menunduk menyimak. Di atas panggung, Bupati, H. Ismail A. Jalil, (Ayahwa) Wakil Bupati, Tarmizi, (Panyang), Sekda, DR. A Murtala, Ketua DPRK, Arafat Ali,SE., MM dan Kepala Dinas Syariat Islam, Hadaini, S.Sos, tetap di tempat berdiri. Tak satu pun bergeming. Mereka bertahan di bawah guyuran hujan, berdiri kokoh seperti komitmen yang mereka genggam untuk membumikan nilai-nilai Al-Qur’an di tanah mereka.
Malam itu bukan sekadar pembukaan sebuah lomba. Ia adalah pertunjukan iman dan tekad. Sebuah isyarat bahwa meski langit menangis dan bumi basah, cahaya Al-Qur’an akan tetap menyala melintasi hujan, menyusup ke dalam dada setiap insan yang hadir.
Tema besar yang diusung tahun ini, “Bangkitkan Generasi Bumoe Pase yang Qur’ani, Cerdas dan Berakhlak Mulia,” bukan sekadar slogan. Ia adalah panggilan jiwa, pengingat akan jati diri masyarakat Aceh Utara yang sejak dahulu menjadikan Al-Qur’an sebagai nadi kehidupan. Dalam guyuran hujan malam itu, gema tema tersebut terasa semakin bermakna seolah langit pun ikut bersaksi atas tekad yang bergelora di dada para pemimpin dan rakyatnya.
Perhelatan MTQ ke-35 ini bukan hanya soal kompetisi tilawah, tahfizh, atau tafsir. Ia adalah panggung besar pendidikan ruhani, tempat nilai-nilai Qur’ani dibumikan dalam laku dan akhlak. Setiap bait ayat yang dikumandangkan adalah doa bagi bangkitnya generasi muda Bumoe Pase, generasi yang tidak hanya mahir melafazkan, tetapi juga menghidupkan Kalamullah dalam tindakan.
Dalam sambutannya, Bupati menegaskan akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas interaksi masyarakat dengan Al-Qur’an, baik dari segi membaca maupun memahami isi kandungannya. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan utama dalam pembentukan mental dan karakter bangsa, khususnya generasi muda di Bumi Malikussaleh.
“Mari kita maknai MTQ ke-35 ini dengan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT serta memperkuat rasa persaudaraan dan persatuan. Ini sejalan dengan visi misi kami, yakni penerapan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan pelaksanaan syariat Islam berdasarkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathaniyah, dan ukhuwah Basyariyah,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bupati menyampaikan harapannya agar momentum MTQ ini menjadi bara semangat baru bagi kebangkitan Aceh Utara.
Kesungguhan itu tercermin bukan hanya dalam kata-kata, tapi juga dalam sikap. Ketika para pemimpin daerah bertahan di bawah hujan bersama rakyatnya, berdiri dalam dingin tanpa payung, mereka sedang menyampaikan pesan diam yang kuat, bahwa tanggung jawab membina generasi Qur’ani adalah tugas mulia yang tak boleh ditunda, tak boleh surut walau dalam badai.
Di bawah rinai hujan yang terus turun, MTQ Aceh Utara ke-35 resmi dimulai. Langit boleh menangis, tapi dari bumi Malikussaleh, doa dan harapan terus naik. Seruan langit telah bergema, dan kini tiba saatnya menjawabnya dengan karya, dengan tekad, dan dengan iman yang tak lekang oleh cuaca. “Aceh Utara Bangkit”.