Lhoksukon – Angin berembus sepoi, langit Lhoksukon diselimuti awan kelabu. Namun, di balik mendung yang menggantung, cahaya kalam Ilahi menyinari malam penutupan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-35 tingkat Kabupaten Aceh Utara. Suasana khidmat menyelimuti Lapangan Landing Lhoksukon, tempat digelarnya acara pada Kamis malam (24/4/2025), yang menjadi puncak dari rangkaian perhelatan keagamaan tersebut.
Lantunan ayat suci membuka tirai acara, menggema dalam kesunyian, membawa setiap hadirin pada keheningan yang sarat makna. Malam itu menjadi lebih istimewa berkat kehadiran sosok yang telah mengharumkan nama Aceh Utara di pentas dunia. Ustazah Nursiah Nurdin, S.Pd., Qariah Internasional sekaligus putri kebanggaan daerah.
Nama Nursiah bukanlah asing di dunia tilawah. Pada tahun 2014, ia mewakili Indonesia dalam MTQ Internasional di Malaysia. Suaranya ibarat pelita, menuntun jiwa menyusuri makna ayat-ayat suci. Kini, dalam MTQ Aceh Utara ke-35, ia kembali tampil bukan hanya sebagai qariah, melainkan sebagai simbol inspirasi dan harapan.
Ketika suara merdunya mengalun, seolah waktu melambat. Setiap harakat dan tajwid dilantunkan penuh penghayatan, membawa para pendengar larut dalam samudra makna Al-Qur’an. Tidak hanya menyentuh telinga, lantunannya mengetuk qalbu, membangkitkan kembali semangat mencintai kalamullah di tengah arus modernitas yang kian deras.
Wajah-wajah takjub memenuhi arena. Dari anak-anak hingga orang tua, semua terpaku, seakan enggan melewatkan satu harakat pun dari suara yang menyatukan langit dan bumi itu. Meski usia tak lagi muda dan napas tak sekuat dulu, pesona tilawah Nursiah tetap menyala. Lebih dari sekadar penampilan, ia menjadi pengingat akan pentingnya ketulusan dalam menyampaikan pesan Ilahi.
Ia juga memberikan kesan berharga bagi para peserta dan generasi muda, bahwa menjadi qari atau qariah sejati bukan sekadar soal teknik atau hafalan, melainkan tentang hati yang terhubung dengan ayat-ayat suci.
Salah seorang pencinta Al-Qur’an yang berasal dari Muara Batu mengatakan, kehadiran Ustazah Nursiah Nurdin di malam penutupan tak hanya membacakan Al-Qur’an. Ia hadir sebagai simbol kebanggaan, sekaligus motivasi bahwa dari Aceh Utara, seorang qariah dapat mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia.
“Saya merinding mendengar bacaan Ustazah Nursiah, suaranya menyentuh hati, penuh ketulusan. Ini bukan sekadar bacaan, tapi ajakan untuk kembali mencintai Al-Qur’an,” ucap Aini dari Kecamatan Samudera.
Senada dengan itu, Husaini, seorang pengagum tilawah asal Syamtalira Bayu, turut mengungkapkan kekagumannya. “Bacaan beliau bukan hanya indah, tapi juga menenangkan. Seperti disapa langsung oleh ayat-ayat Allah. Saya berharap generasi muda bisa meneladani semangat dan ketekunan beliau,” tuturnya.