Sastra  

Puisi: Rempahku tak wangi lagi

By : Jihan fanyra

Jejak sejarah Aceh telah tertoreh dalam Asa yang merengkuh masa
Gelora Pusaka kaya nan jaya melingkupi semestanya
Aceh punya cerita dari berbagai sudut jelajah hingga sisi terjajah

Mata dunia terpana pada Alam bangsa mulia, Aceh Samudera, Bangsa Teuleubeh Ateuh Rung Donya.
Abad ke 16 yang lalu, Aceh dituju Eropa, dirindu Asia, terhubung dengan berbagai negara.
Aceh mencapai puncaknya.

Semerbak harum Rempahku mewangi melampaui benua,
Hingga Dermaga Samudera Tak Pernah sepi dari warna warni bendera, tak pernah luput dari transaksi berharga, jual beli cengkeh dan lada sebagai komoditi yang dicari eropa.

Kini rempahku tak wangi lagi, dermagaku tak bertepi lagi,
Pupus segenap pengharapanku, ketika lada tak lagi pedas, cengkeh berhadas membusuk menjadi cadas, menusuk tangan eropa, berdarah jemari Asia, Berbau amis mengemispun tetap terdiam tak akan ada yang berlabuh jua.
Sungguh kemasyhuran yang tinggal nama, Aceh hebat mulia hanya dalam sejarah saja.

Salah siapa ?

Kini dunia telah berbeda, zaman telah mendapati dinamikanya, dermaga juga ada di alam maya, pasar juga ramai disosial media,

Bisakah kita bangsa mulia, memuliakan ilmu dunia dengan amal surga ? Layaknya Iskandar Muda menjalin kerjasama dengan Inggris dan Eropa, memasarkan rempah keberbagai belahan dunia ?

Bangunlah dari tidur panjangmu wahai bangsa teuleubeh ateuh rung donya, pupuk kembali tanah subur leluhurmu, agar indatumu bangga pada kemuliaan Aceh yang mampu membumbui dunia. Nanti pada waktunya, rempahku mengharumkan semua, bumi, langit dan Semesta.

Penulis : Jihan Fanyra