Berita  

Menembus Batas: Perjuangan Muhammad Chauky di Panggung Tasmi’ MTsN 4 Aceh Utara 2025

Muhammad Chauky, Siswa MTsN 4 Aceh Utara, Sabtu, (17/5/2025), (Foto/ Zamanhuri)

Samudera – Suasana Mushalla MTsN 4 Aceh Utara siang itu terasa lebih khidmat dari biasanya. Deretan siswa duduk bersila dalam diam, jemari menggenggam mushaf, dan mata menatap ke depan dengan penuh harap. Di antara barisan itu, tampak seorang anak laki-laki dengan tubuh hitam manis, wajah tenang, dan sorot mata yang menyiratkan tekad tak biasa. Dialah Muhammad Chauky, siswa kelas 2 yang akhirnya menembus panggung tasmi’ Al-Qur’an 2025, sebuah pencapaian yang nyaris tak sempat ia genggam.

Chauky bukanlah siswa yang rutin hadir dalam setiap sesi tahfizh. Kehadirannya kerap terputus-putus, bahkan beberapa guru sempat meragukan kesiapannya. Namun, tak ada yang lebih lantang dari tekad anak yatim asal Gampong Puuk, Kecamatan Samudera, itu. Ia berulangkali datang sendiri ke hadapan guru pembina, dengan suara lirih namun penuh keyakinan. “Apa pun yang terjadi, saya ikut tasmi’ tahun ini. Saya akan mengejar hafalan saya yang tertinggal,” ujarnya.

Di balik keterbatasan, Chauky membawa semangat yang tak mudah dipadamkan. Ia anak keempat dari lima bersaudara. Sang ayah telah lama berpulang, menyisakan perjuangan ibu mereka dalam membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya. Pagi itu, Sabtu, (17/5/2025), Chauky datang ke sekolah diantar ibunya menggunakan sepeda motor yang tak lagi muda. Tak ada seragam baru, tak pula sepatu mengilap, tapi senyum sang ibu dan keyakinan Chauky cukup menjadi bekal menghadapi panggilan tasmi’.

Tasmi’, dalam tradisi pendidikan Al-Qur’an, bukan sekadar ajang membaca hafalan. Ia adalah momen pembuktian, di mana setiap huruf yang meluncur dari lisan menjadi saksi atas perjalanan panjang dalam mengakrabi Kalamullah. Dan Chauky, dengan suara tenangnya, satu per satu menuntaskan ayat-ayat yang ia hafal. Saat barisan terakhir terucap dan tanda lulus diumumkan, Mushalla itu sejenak sunyi, lalu meledak dalam tepuk tangan dan senyum haru.

Bagi Chauky, ini bukan akhir. Ia telah menapaki satu anak tangga menuju cita-citanya: menjadi seorang ustadz. Selain giat menghafal, ia dikenal sebagai anak ceria dan aktif di berbagai kegiatan sekolah, terutama di lapangan bola dan voli. “Usai tamat dari MTsN nanti, saya ingin melanjutkan ke pondok pesantren. Saya ingin belajar lebih dalam, dan suatu hari bisa mengajar anak-anak seperti saya,” ucapnya dengan penuh harap.

Kisah Chauky mengajarkan bahwa tekad mampu menembus dinding keterbatasan. Ia hadir bukan sebagai sosok sempurna, melainkan sebagai cermin dari ketulusan belajar yang dibungkus kesungguhan. Di tengah gemuruh dunia yang sering menilai dari apa yang tampak, Chauky membuktikan bahwa kekuatan sejati justru tumbuh dari ketekunan dan keyakinan.

Di hari itu, bukan hanya Al-Qur’an yang ia tasmi’-kan. Tapi juga kisah tentang harapan, tentang mimpi, dan tentang anak kecil yang menjadikan iman sebagai lentera di jalan panjangnya.

Penulis : Zamanhuri