Singapura – Jihan Fanyra, santri asal Provinsi Aceh, menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam Konferensi Santri Internasional (International Conference of Santri Movement/ICSM) yang digelar di tiga negara, yakni Malaysia, Thailand, dan Singapura. Ia berangkat dari Bandara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara, dan mendarat di Bandara Internasional Changi, Singapura, pada Senin siang, 19 Mei 2025.
Dalam agenda ICSM di Singapura, Jihan bersama rombongan delegasi Indonesia melakukan kunjungan ke kampus ternama National University of Singapore (NUS). Kampus yang dikenal sebagai salah satu universitas terbaik dunia ini menjadi salah satu tujuan utama para peserta konferensi.
“Kami mengunjungi perpustakaan utama NUS yang dikenal sebagai perpustakaan terbesar, dan kampus NUS ini satu-satunya kampus di Asia Tenggara yang masuk top 10 kampus terbaik di dunia,” ujar Jihan.
Menurutnya, suasana belajar di Kampus NUS sangat nyaman karena banyak ruang terbuka dan lingkungan kampus yang asri.
Meski kunjungan bertepatan dengan masa libur pasca-ujian semester, aktivitas di kampus NUS tetap hidup.
“Walau mahasiswa sedang libur, kampus tetap ramai dengan kegiatan ekstrakurikuler,” tambahnya.
Selain ke NUS, rombongan juga menyambangi berbagai destinasi populer di Singapura seperti Jewel Changi, Merlion Park, dan Universal Studios Singapore (USS). Jihan juga menyempatkan diri melakukan ziarah ke makam ulama besar, Habib Nuh bin Muhammad Al-Habsyi.
Ziarah ke makam Habib Nuh menjadi salah satu agenda yang paling berkesan bagi Jihan. Terletak di kawasan Palmer Road, makam ini merupakan tempat yang sering dikunjungi umat Islam dari berbagai negara, terutama dari Asia Tenggara.
“Suasana di komplek makam sedang direnovasi. Di sana kami hanya membaca doa bersama dan memohon keberkahan dari Allah melalui wasilah para kekasih-Nya,” ungkap Jihan.
Menurut Jihan, kunjungan spiritual ini memberikan ruang refleksi bagi para santri untuk memperkuat niat perjuangan dalam menuntut ilmu dan berdakwah.
“Ziarah ini mengingatkan kami bahwa keberhasilan seorang ulama bukan hanya karena ilmunya, tetapi juga karena keikhlasannya dalam mengabdi,” ungkapnya.
Jihan mengaku banyak mendapat inspirasi selama mengikuti rangkaian kegiatan di Singapura. Tidak hanya bertemu dengan santri dari berbagai negara, ia juga belajar tentang budaya, sistem pendidikan, dan kontribusi santri dalam kemajuan peradaban global.
“Perjalanan ini membuka wawasan saya bahwa santri memiliki peran besar dalam menjawab tantangan zaman. Kami bisa menjadi agen perubahan, baik di tingkat lokal maupun internasional,” ujarnya bersemangat, jelang keberangkatan ke Malaysia.
Konferensi Santri Internasional ini menjadi ajang pertukaran wawasan global sekaligus penguatan peran santri dalam menjawab tantangan zaman. Keikutsertaan santri Aceh dalam forum internasional ini diharapkan dapat membuka cakrawala baru dan memperkuat posisi generasi muda dalam kancah global.