Aceh Utara – Di balik lantunan merdu seorang gadis kecil di Mushalla MTsN 4 Aceh Utara pagi itu, tersembunyi kisah cinta yang tak terucap antara seorang ayah dan anak. Tasmi’ Al-Qur’an hari itu bukan sekadar agenda rutin madrasah, melainkan panggung kecil yang menggugah hati siapa pun yang menyaksikannya.
Di tengah kerumunan siswa dan tamu undangan, Aqilatul Khaira yang masih belia tampak berdiri anggun dengan senyum cerah dan mata berbinar. Hari itu menjadi sangat istimewa baginya. Sang ayah, yang sebelumnya dikabarkan tak dapat hadir, tiba-tiba muncul tepat waktu, duduk di antara tamu dengan tatapan penuh haru dan bangga.
Aqila, sapaan akrabnya, adalah siswi kelas 1 di MTsN 4 Aceh Utara. Anak bungsu dari empat bersaudara ini telah menorehkan prestasi gemilang di usia belia. Ia dikenal sebagai Qari’ah muda berbakat, yang suaranya mengalun lembut namun bertenaga, membawa ketenangan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Bakat tilawah Aqila bukan datang tiba-tiba. Ia mewarisi suara emas dari ayahnya, Ustadz Alfiadi, yang pernah menjadi Qari’ kebanggaan Aceh Utara pada masanya. Bahkan, ketiga kakaknya juga dikenal sebagai pelantun ayat-ayat suci dengan suara yang merdu dan teknik yang matang.
Puncak pencapaian Aqila tahun ini ditandai dengan keberhasilannya meraih Juara 3 cabang Tilawah Kanak-kanak pada MTQ ke-35 tingkat Kabupaten Aceh Utara. Pada ajang tersebut, ia tampil satu tim bersama dua kakaknya mewakili Kecamatan Samudera, dan masing masing meraih Juara 3 untuk masing-masing kategori.
Sebelumnya, Aqila juga meraih juara pertama dalam lomba Syarhil Qur’an tingkat Kabupaten yang diselenggarakan oleh Kemenag Aceh Utara tahun 2025. Saat itu, ia tampil mewakili MTsN 4 Aceh Utara sebagai Qari’ah dalam tim, berkolaborasi dengan dua rekannya yang berperan sebagai pensyarah dan pembaca sari tilawah. Kemenangan tersebut tidak hanya mengharumkan nama Madrasah, tetapi juga semakin menegaskan posisinya sebagai bintang muda dalam dunia tilawah.
“Awalnya saya sedih, karena ayah bilang tidak bisa datang hari ini,” ungkap Aqila sambil tersenyum malu. “Tapi ternyata, beliau datang juga,” ujarnya, Sabtu, (17/5/2025).
Dukungan penuh dari keluarga, terutama sang ayah, menjadi pendorong utama Aqila untuk terus mengasah bakatnya. Setiap untaian ayat yang dilantunkannya bukan hanya hasil latihan vokal, tapi juga pancaran cinta dan ketulusan kepada Al-Qur’an.
Tasmi’ Al-Qur’an pagi ini menjadi momen yang tak akan pernah dilupakan Aqila. Setelah menjawab pertanyaan dari para penguji dengan tenang dan penuh percaya diri, tiba giliran sang ayah mengajukan tiga pertanyaan khusus. Suasana hening sejenak, hanya suara lembut sang ayah yang memecah keheningan, seolah ada getaran haru yang menyelinap di antara jeda ayat.
Aqila menatap ayahnya sejenak, tatapan yang memuat rindu, cinta, dan kekaguman. Lalu ia mulai melantunkan ayat-ayat lanjutan dengan suara yang bening dan penuh penghayatan. Satu demi satu, pertanyaan dari ayahnya ia jawab dengan sambungan ayat yang tepat, tanpa ragu, tanpa gentar. Suaranya seakan membentuk jembatan tak kasatmata antara hati seorang anak dan cinta seorang ayah.
Di sudut ruangan, beberapa guru tampak mengusap mata. Sementara sang ayah, Ustadz Alfiadi, menunduk dalam, menahan haru. Bibirnya bergerak lirih, mengiringi lantunan sang putri dengan doa yang tak henti mengalir. Baginya, pagi itu bukan hanya tentang Tasmi’, tapi tentang keyakinan bahwa perjuangannya sebagai orangtua telah menumbuhkan benih cinta Al-Qur’an yang begitu dalam pada diri Aqila.
Dan di tengah mushalla itu, suara kecil nan bersahaja itu terus bergema, menjadi saksi bahwa kemuliaan Al-Qur’an bisa bersemayam di dada siapa saja, termasuk pada seorang gadis kecil yang tumbuh dalam cinta, doa, dan cahaya.
Aqilatul Khaira, di usianya yang masih belia, telah menapaki jejak para Qari’ah besar. Suaranya mungkin masih muda, namun semangatnya sudah membentang jauh. Ia bukan sekadar Qari’ah MTsN 4 Aceh Utara, tapi juga simbol harapan generasi Qur’ani yang akan terus bersinar dari pelosok Aceh Utara.