Setiap umat memiliki cara tersendiri dalam memaknai pergantian waktu. Bagi umat Islam, 1 Muharam bukan sekadar penanda tahun baru dalam kalender Hijriah, tetapi merupakan momentum spiritual yang mengandung makna mendalam tentang hijrah, perubahan, dan pembaruan diri.
1 Muharam mengingatkan kita pada peristiwa besar dalam sejarah Islam, yakni hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Sebuah perjalanan suci yang bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan simbol transformasi menuju tatanan kehidupan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih bermartabat. Maka dari itu, semangat hijrah inilah yang seharusnya menjadi inspirasi utama dalam menyambut tahun baru Islam berpindah dari kegelapan menuju cahaya, dari kebiasaan buruk menuju perbaikan diri, dari kelalaian menuju kesadaran.
Di tengah dunia yang semakin sibuk dan penuh distraksi, 1 Muharam hadir sebagai titik hening yang mengajak kita kembali pada jati diri. Ia menawarkan awal yang suci bersih dari noda masa lalu, dan terbuka luas untuk kebaikan di masa depan. Inilah saat yang tepat untuk memperbarui niat, menguatkan iman, dan menata ulang arah hidup agar lebih sejalan dengan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.
Makna hijrah hari ini tak lagi terbatas pada perjalanan fisik, tetapi lebih kepada perpindahan batiniah: dari rasa iri menuju rasa syukur, dari kemarahan menuju kesabaran, dari kebencian menuju cinta kasih. Inilah bentuk hijrah modern yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial saat ini.
Mari jadikan 1 Muharam sebagai momen suci untuk memulai langkah baru yang lebih bermakna. Karena pada akhirnya, hidup yang baik bukanlah tentang seberapa lama kita hidup, tapi seberapa besar makna yang kita tinggalkan.
Oleh: Maulida Yanti
Mahasiswa semester 4, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe.
Opini ini merupakan pandangan pribadi penulis. Isi tulisan tidak mewakili pandangan institusi tempat penulis menempuh pendidikan maupun media yang memuatnya.