Aceh Utara – Di tengah ribuan warga terdampak banjir yang masih bertahan di pengungsian darurat dengan terpal dan plastik seadanya, puluhan tenda bantuan justru terlihat tersusun rapi di Pendopo Bupati Aceh Utara. Tenda-tenda tersebut masih utuh dan belum terpasang di lapangan.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan situasi di sejumlah titik terdampak, seperti Paloh Raya dan lokasi pengungsian lainnya, di mana warga terpaksa merakit tenda darurat dari bahan seadanya untuk melindungi diri dari hujan dan angin.
“Kalau hujan deras, kami harus pindah-pindah lagi,” ujar seorang warga Paloh Raya. Terpal hanya diikat dengan tali rafia dan kayu agar tidak terlepas diterpa angin.
Situasi tersebut menuai kritik dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA). Ketua YARA Perwakilan Lhokseumawe – Aceh Utara, Ibnu Sina, menilai lambannya distribusi tenda mencerminkan lemahnya manajemen logistik dalam penanganan bencana.
“Ini ironi. Warga berteduh di bawah terpal, sementara tenda bantuan menumpuk di pendopo. Dalam kondisi darurat, alasan administrasi tidak bisa dibenarkan,” kata Ibnu Sina, Rabu (17/12/2025).
Ia menegaskan, tenda merupakan kebutuhan dasar yang seharusnya segera disalurkan, terutama untuk melindungi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Aceh Utara, Fakruradhi, S.H., M.H., membantah adanya penumpukan tenda. Menurutnya, tenda-tenda tersebut baru tiba dan sedang didistribusikan melalui camat.
“Itu tenda baru datang. Malam tiba, pagi langsung kita distribusikan,” ujarnya.
Namun, saat ditanya mengenai jumlah tenda yang telah didistribusikan, Fakruradhi mengaku belum mengetahui secara pasti.
“Jumlahnya saya tidak tahu pasti,” katanya.
Ia menyebut tidak sedang memegang data rinci terkait jumlah tenda yang telah disalurkan maupun wilayah penerimanya.
Berdasarkan pantauan media ini hingga Rabu sore (17/12/2025), tenda-tenda bantuan masih tampak menumpuk di Pendopo Bupati Aceh Utara.